Rabu, 23 Februari 2011


"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
POHON
Orang-orang memanggilku "Pohon" karena Aku sangat baik dalam menggambar pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.

Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli dengan orang lain. Gayanya yang sederhana dan apa adanya, kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!

Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi "sahabat". Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Selama ini dia selalu menemaniku dalam berbagai kesempatan, sebagai sahabat.. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain. Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.

Esoknya, matanya bengkak dan merah. Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.

Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.

Esoknya dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku.

Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku. Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang.

Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak. Dan, aku menangis!

Handphoneku bergetar, ada SMS masuk.

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"

DAUN

Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.

Selama ini aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya: cemburu.


Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah mengatakannya? Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?

Waktu terus berjalan, hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekadar seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan perasaanku. Selain alasan itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku.

Seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan sebuah ruang kecil di hatiku untuknya?

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.

ANGIN
Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada Pohon sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya hingga terbang jauh dari pohon.

Aku selalu memperhatikan Daun duduk sendirian atau bersama teman-temannya, memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.Memperhatik annya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.


Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku. Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau meninggalkan Pohon.

Aku kembali menghampirinya dengan kata-kata yang sama. Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.

Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku. Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya. Akhirnya ak bisa membuat daun meninggalkan pohon dan berjanji akan membawanya terbang melihat dunia.
(taken from blog sebelah, lupa namanya :)

Jumat, 31 Desember 2010

ANDAI WAKTU BISA KEMBALI


Cerpen by Sushe
Perlahan gue membuka mata gue, dan…….sumpah, gue nggak sanggup nahan air mata saat gue melihat ada mereka semua, mereka yang nyaris terlupakan. Saat ini gue baru nyadar kalo setiap tetes air mata mereka mewakili betapa cintanya mereka ke gue. Spontan, terlintas kembali cerita malam tadi, cerita yang gak bakal terlupakan……
“Martin, what a surprise…..?! elo jalan sama Kezia!!” tanpa sadar gue teriak sekenceng-kencengnya. “Theresia, denger ya, Kezia itu kan temen se tim pelayanan ama gue, jadi pasti kita sering jalan bareng dong.” Martin menjawab santai sambil berlalu. 
What…??? Hanya itu Martin? Hanya itu penjelasan dari elo? Gue juga tau kalo Kezia itu se tim pelayanan sama elo, gue tau banget kalo kalian sering jalan bareng tapi kenapa malam itu gue harus liat elo gandeng mesra tangannya, cium lembut pipinya dan dinner romantis banget sama Kezia. 
Kenapa sih??? Kenapa elo tega lakuin semua ini ke gue, kenapa elo kejam banget. Dulu gue kan sudah pernah bilang kalo gue nggak mungkin jalan sama elo, gue tau kalo bokap nggak akan setuju karna kita beda suku, bokap tuh orangnya keras banget. Tapi apa elo bilang, elo bilang kalo gue adalah malaikat yang dikirim Tuhan buat elo, elo bilang kalo elo cinta mati sama gue dan elo bilang kalo berdua pasti bisa hadapi semua tantangan, dan yang terakhir elo bilang kalo elo akan mem-per-juang-kan cinta elo ke gue. 
Kalimat terakhir elo itu yang buat gue luluh, yang akhirnya buat gue memberanikan diri untuk mendobrak semua tembok pembatas diantara kita. Tapi sekarang apa?? Mana sumpah setia elo dulu, mana janji manis elo dulu…….
Kalo emang elo udah nggak sayang lagi sama gue, kenapa elo nggak ngomong aja, kenapa elo nggak putusin gue, kenapa elo harus pake cara kayak gini?? Dan kenapa harus Kezia?? Kenapa bukan yang laen……..
Argh…rasanya lengkap sudah penderitaan gue, apa gue memang nggak pantas dicintai, apa gue segitu nggak berharganya?? 
Dari kecil gue nggak pernah merasakan yang namanya cinta dan kasih sayang. Sejak nyokap mutusin untuk pergi dengan om-om kaya, gue hanya tinggal dengan bokap yang nggak pernah sayang sama gue. Hampir tiap hari gue bertengkar dengan bokap, hidup udah kayak di neraka. 
Sampai suatu hari gue ketemu Kezia yang ngajak gue ke gereja dan disanalah gue menemukan yang namanya kasih sejati di dalam Kristus. Hidup gue terasa lebih hidup. Dan disana jugalah gue ketemu Martin. Ya…, Kezia dan Martin yang sekarang mengkhianati gue!!!
Oh my God, gue nggak tau harus ngomong apalagi, gue nggak tau harus teriak apa lagi, air mata gue pun rasanya udah habis, gue sakit hati, gue benci!! Semua munafik, kalo di gereja semua sok suci, tak bercacat cela.. Gue kecewa!!
Malam itu, dalam kegalauan hati gue, kembali gue melangkahkan kaki gue ke tempat itu, tempat yang sempat gue tinggalkan sejak gue kenal Tuhan. Ada rasa asing, ada rasa enggan, tapi gue nggak peduli. Gue hanya berharap hati gue bisa sedikit lega seperti dulu saat gue berantem sama bokap, tempat ini selalu jadi tujuan pertama. 
Dalam keremangan cahaya lampu dan diantara hentakan house music yang menggema di kepala gue, antara sadar dan nggak, gue merasa semua beban gue hilang, terbang entah kemana, sampai beberapa saat kemudian gue merasakan kesakitan yang amat sangat……….!!!
Dan sekarang saat gue melihat mereka disekeliling gue, ada bokap, pak pendeta, ibu pendeta, kak Lukas, temen2 gereja, sahabat gue, si mbok, gue baru nyadar kalo ada banyak yang peduli sama gue, yang cinta sama gue, yang nangis buat gue, gue baru nyadar kalo gue berharga.
Gue memejamkan mata sejenak, wajah Martin dan Kezia silih berganti terlintas di benak gue dan tiba-tiba terlintas kembali kata-kata Kak Lukas, “Jangan pernah berharap banyak pada manusia, manusia bisa mengecewakan tapi berharaplah kepada Tuhan Yesus yang tak pernah mengecewakan”. 
Gue bener-bener speechless, tak bisa berkata-kata lagi, hanya air mata gue yang mengalir lebih deras saat gue membaca sebuah headline koran pagi yang tergeletak di lantai, “Seorang Remaja Perempuan Berinisial ‘T’ Ditemukan Tewas Mengenaskan Dalam Keadaan Over Dosis di Sebuah Diskotik, Tadi Malam”.
Andai……., Waktu bisa kembali.
(she)

2011 Izin Mendirikan Bandara Terwujud

SINGKAWANG,TRIBUN - Wali Kota Singkawang, Hasan Karman memperkirakan pada 2011 bahwa Izin Mendirikan Bandara (IMB) Singkawang bisa keluar. Keyakinananya ini disebabkan sudah hampir memenuhi persyaratan yang ada.
“Kemarin saya sudah bertemu Dirjen Perhubungan Udara, dan beliau juga memberikan surat untuk melengkapi surat berikutnya yaitu  kepastian lahan, jaminan ketersediaan air bersih, jaminan pasokan listrik dan izin mendirikan bandara yang diikuti proses Amdal,” ujar Hasan Karman kepada Tribun, Kamis (30/12).
Dia juga menjelaskan Dirjen Perhubungan Udara  memberikan pengarahan, apabila ada investor yang  tertarik melebihi satu investor bahkan bisa sampai tiga, maka boleh memilih  yang menguntungkan Singkawang.  
Untuk pendirian bandara Singkawang, Hasan Karman sudah beberapa kali menemui Menteri Perhubungan.
“Saya sudah ketemu tiga kali dengan pak menteri, bahkan saya optimis bahwa bandara ini akan terwujud, karena  izin prinsip dan izin lokasi sudah ada, dan semua persyaratan di tingkat daerah sudah kita selesaikan. Bahkan Gubernur juga mendukung atas pendirian bandara,” katanya.
Editor: Nin   |    Laporan: Shr

Singkawang adalah salah satu kota tujuan wisata potensial yang ada di pulau Kalimantan Barat. Kota yang dikenal dengan nama kota “Amoy” ini merupakan kota yang sarat dengan keanekaragaman budaya lokal dan tionghoa. Berbagai event besar diselenggarakan saat hari-hari raya seperti Cap Go Meh, dan sebagainya. Maka dengan wacana pendirian bandara di Singkawang tentu akan berdampak positif karena memudahkan transpoertasi ke kota ini. Good Job Hasan Karman.

Kamis, 30 Desember 2010

'Wonderfull Indonesia', Slogan Baru Pariwisata 2011


Kamis, 30 Desember 2010 - 17:05 wib
Pasha Ernowo - Okezone

JAKARTA- Jika tahun lalu slogan pariwisata Indonesia diberi tajuk ‘Visit Indonesia 2010’, tahun depan slogan diganti menjadi ‘Wonderfull Indonesia’.

"Pada 1 Januari 2011 kita akan punya branding pariwisata baru, yaitu ‘Wonderful Indonesia’," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, saat jumpa pers Akhir tahun 2010 yang bertempat di Balairung Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (30/12/2010).

Dalam acara tersebut disebutkan ‘Wonderful Indonesia’ menggambarkan kesatuan berbagai elemen pariwisata di Indonesia. Elemen yang tercangkup di dalamnya adalah people, culture, national beauty, natural resources, dan opportunity investment.

Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, mengatakan kata ‘wonderful’ menunjukkan sesuatu yang luar biasa.

"Jadi Indonesia itu luar biasa. Luar biasa alamnya, budayanya, kulinernya, dan masih banyak lainnya," katanya.

Sapta menambahkan konsep branding baru ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak lama dan akhirnya terwujud juga. (uky)


Wonderfull Indonesia, what a great idea!!!
Indonesia, kaya akan keragaman budaya dari berbagai etnis dan suku yang tak terhitung banyaknya, kaya akan sumber daya alam yang kata Koes plus tongkat kayu dan tali saja bisa jadi tanaman, kaya akan kuliner lezat dan unik yang terkenal dengan rempah-rempahnya yang membuat orang menelan air liur karenanya, dan kata orang-orang Indonesia penduduknya ramah-ramah.
Hanya butuh kerjasama dari semua unsur Negara ini, dari pemimpinnya sampai masyarakatnya agar kekayaan Indonesia yang luar biasa ini bisa memiliki “nilai jual”, bagaimana agar para wisatawan yang datang ke negeri ini bisa merasakan kesan yang luar biasa yang membuat mereka akan kembali lagi. Kalau sudah begitu hanya butuh sedikit promosi sehingga Indonesia menjadi salah satu Negara tujuan wisata dunia.  Wonderfull Indonesia!!!

Surat untuk Firman


Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!
[beritajatim.com]

Surat terbuka ini ditulis oleh seorang novelis,  Eddri Sumitra (E.S. Ito)  melalui blog pribadinya (www.itonesia.com). Surat ini ditujukan kepada Firman Utina Kapten timnas Indonesia. Melalui surat ini sang sastrawan ingin mengingatkan esensi yang sesungguhnya dari sepakbola itu sendiri yang saat ini sepertinya banyak ditunggangi oleh kepentingan politik serta pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan pribadi. Padahal sesungguhnya sepakbola tidak melulu soal menang atau kalah, tapi soal semangat, kerja keras & kegembiraan bersama. Salut buat timnas Indonesia, salut buat Eddri Sumitra untuk surat inspiratifnya.