Selasa, 21 September 2010

Marak Penyakit Hewan, Komnas Zoonosis Dibentuk


Senin, 20 September 2010 | 22:37 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/11/12/3077906p.jpg
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/03/11/3724195p.jpg
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah akan segera melakukan pembentukan Komisi Nasional Zoonosis untuk menangani berbagai penyakit menular dari hewan ke manusia. Komisi akan dibentuk dengan keputusan presiden yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat.
"Dari banyak penyakit dari hewan ke manusia, ini perlu penanganan yang lintas sektoral antarmenteri. Juga perlu ada komite-komite di daerah yang diketuai gubernur atau bupati," ujar Menko Kesra Agung Laksono dalam keterangan pers di Istana Negara, Senin (20/9/2010).
Agung mengatakan, komisi ini akan diketuai dirinya sebagai Menko Kesra dengan wakil ketuanya, yaitu Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan Menteri Pertanian Suswono. Komisi juga akan beranggotakan beberapa kementerian/lembaga terkait dengan persoalan ini. Tiga penyakit yang akan menjadi fokus di awal pembentukan adalah flu burung, antraks, dan rabies.
Agung berharap, dengan pembentukan komisi ini, tren penyakit bisa ditangani secara cepat untuk mencegah terjadinya endemi.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, komisi ini diperlukan meski di internal kementeriannya terdapat direktorat khusus yang menangani penanggulangan penyakit yang bersumber dari hewan.
"Tapi penyakit-penyakit ini banyak sekali yang hulunya bukan di kesehatan sehingga kita di kesehatan hanya menerima akibatnya. Jadi, perlu sekali komnas ini agar penanggulangannya bisa bersama-sama, lintas sektoral, seperti pertanian, kesra, dan sebagainya," katanya.
Menkes juga menjamin data-data terkait penanggulangan penyakit ini akan bersifat terbuka untuk mengatasi perpindahan penyakit ini secara cepat. "Kita lokalisasi supaya tidak menyebar di negeri kita maupun mencegah dari luar," tambahnya.


Good idea !!! Untuk menanggulangi kasus-kasus seperti ini memang diperlukan kerjasama lintas sektoral, sehingga penanggulangannya pun dapat lebih maksimal.
Kasus penyakit menular dari hewan ke manusia cukup menjadi sorotan karena di Indonesia sendiri sudah cukup banyak korban dari penyakit menular hewan ke manusia ini.
Semoga dengan dibentuknya Komnas Zoonosis ini dapat membawa terobosan dalam menanggulangi kasus-kasus penyakit menular hewan ke manusia.

Renovasi Makam Gus Dur Butuh Rp 180 M?


Senin, 20 September 2010 | 22:23 WIB
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rachmat Hidayat

JAKARTA, KOMPAS.com
- Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono belum dapat memastikan total dana yang dibutuhkan untuk merenovasi makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur. Sebelumnya terungkap dana yang disiapkan pemerintah mencapai Rp 180 miliar.

"Besarannya akan dibahas dalam waktu dekat. Kementerian PU dan pemerintah provinsi sedang melakukan kajian," ujar Agung Laksono kepada wartawan usai melakukan rapat kabinet dengan Presiden SBY bersama sejumlah menteri di Kantor Presiden, Senin (20/9/2010).. Dana tersebut cukup besar karena akan dibangun berbagai fasilitas menuju dan di sekitar makam agar pengunjung nyaman.

Pemerintah berencana melengkapi kawasan areal makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur dengan berbagai fasilitas bagi para peziarah. Antara lain, tempat parkir, kamar mandi, merchandising, museum, perpustakaan, serta pagar di sekitar makam. Dan rencananya, prasarana jalan juga akan diperluas.

Pusara Gus Dur sendiri akan dibiarkan apa adanya. "Yang akan dibangun hanya lingkungan di sekitar makam. Keluarga Gus Dur minta agar makamnya tak dibangun lagi sesuai adat Nahdlatul Ulama. Infrastrukturnya diutamakan, dan diusahakan dilakukan secara gotong royong dengan anggaran pusat, provinsi, dan kabupaten secara bertahap," Agung menegaskan.

Gus Dur yang dimakamkan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, setiap harinya selalu ramai dikunjungi para peziarah. Pembangunan areal makam Gus Dur tak lain agar para peziarah merasakan nyaman dan dapat dimanfaatkan secara baik.
Wow…angka yang cukup fantastis untuk renovasi sebuah makam. Tapi seperti berita yang tersaji diatas, yang direnovasi bukan makamnya tapi pemugaran infrastrukturnya  atau mengadakan berbagai fasilitas bagi para peziarah yang berkunjung ke makam Gus Dur. Seperti diketahui bahwa makam Gus Dur di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang ini setiap harinya selalu ramai dikunjungi para peziarah.

Jika ditinjau dari berbagai sisi, maka sisi positifnya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan taraf hidup masyarakat setempat karena dengan ramainya para peziarah tentunya dapat menjadikan makam Gus Dur tsb sebagai salah satu objek wisata kelak dan warga setempat dapat menjual berbagai macam jajanan berupa makanan atau minuman, merchandise dan berbagai macam jasa lainnya.

Sedangkan sisi negatifnya tentu sudah bisa ditebak bahwa hal ini akan menuai kontroversi karena angka yang cukup fantastis tsb dikeluarkan hanya untuk pemugaran makam sedangkan masih banyak rakyat miskin yang membutuhkan bantuan pemerintah.
Well, hal ini masih dalam wacana dan jumlah real nya memang masih belum dipastikan. Kita lihat saja nanti…..!!!

Sabtu, 11 September 2010

Iran Tanggapi Kasus Rajam

 Rabu, 08 September 2010 00:01 WIB 

Iran Tanggapi Kasus Rajam

Iran menyatakan tidak peduli dengan keprihatinan Eropa atas kasus seorang wanita Iran yang akan dihukum rajam sampai mati karena terbukti melakukan perzinaan. Juru bicara departemen luar negeri Ramin Mehmanparast mengatakan Sakineh Mohammadi Ashtiani menghadapi tuduhan pembunuhan dan perselingkuhan sehingga kasus tersebut tidak usah dikaitkan dengan hak asasi manusia.
Dia mengatakan, jika bangsa Eropa percaya bahwa pembunuh harus dibebaskan demi kemanusiaan, seharusnya Eropa juga melepaskan tahanan mereka sendiri dari penjara. Dia mengatakan Iran menyambut baik tawaran untuk melakukan pertemuan dengan pejabat Iran, tapi hanya untuk membicarakan isu-isu bilateral dan internasional, tidak untuk membicarakan kasus Ashtiani.
Prancis dan Italia telah mendesak Iran untuk menunjukkan fleksibilitas dalam kasus tersebut. Sementara itu, Vatikan telah meningkatkan kemungkinan menggunakan diplomasi untuk mencoba menyelamatkan nyawa perempuan tersebut.
Ashtiani dinyatakan bersalah pada 2006 karena memiliki hubungan terlarang dengan dua pria, setelah pembunuhan suaminya setahun sebelumnya, dan dijatuhi hukuman 99 kali cambukan. Masih di tahun yang sama, dia juga dihukum karena perzinaan dan akan dihukum mati dengan dilempari batu. (*/AP/I-1)
  
Membaca berita diatas, ada banyak tanggapan yang muncul, ada yang pro dan sudah pasti banyak yang kontra, ada yang biasa-biasa saja dan banyak yang menganggap kalau hal tsb sangatlah kejam, ada yang mengatakan bahwa kita harus menghormati apapun keputusan  hukum Negara yang bersangkutan  dan lain sebagainya.
Memang benar kita harus menghormati hukum suatu Negara atau lebih tepatnya tidak mencampurinya namun tentunya sah-sah saja kalau ada yang memberikan pendapatnya dalam kasus ini.
Tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa, apakah itu yang dikatakan dosa besar seperti membunuh atau berzinah atau yang disebut dosa kecil seperti berbohong atau mencuri, semua sama saja. Cukuplah dia sudah dijatuhi hukuman 99 kali cambukan. Sisanya biarlah menjadi urusannya dengan Yang Diatas.

Membangun Diatas Papan Kayu

Beberapa waktu yang lalu jalan di depan rumah saya sedang diperlebar karna memang sangat sempit dan untuk memperlebarnya maka harus menutupi parit yang ada disitu. Pengerjaannya sudah dimulai beberapa hari. Rumah saya adalah rumah yang pertama jadi mereka memulai ‘peletakan batu pertama’nya ya di depan rumah saya. Saya tidak begitu memperhatikan pekerjaan mereka, saya hanya senang karna jalan di depan rumah saya tidak akan sempit lagi.

Tapi suatu sore pas saya pulang kerja, saya mendengar celetukan adik saya, “Koq dibawahnya dialas papan kayu ya? Kenapa tidak langsung pakai batu aja?”
Iya ya, ternyata mereka membangun diatas papan kayu! Setelah diletakkan papan kayunya (yang tipis pula) sebagai dasar barulah kemudian diatasnya disusun batu-batu dan kemudian diberi semen. Bisa dibayangin apa yang akan terjadi dalam beberapa tahun kedepan, kayunya akan lapuk lalu batunya akan mengendap kedalam dan jalannya miring deh.

Pernah dengar cerita seorang raja yang menyuruh seorang tukang bangunan buat bangun istananya yang baru?? Sang baginda menyerahkan sepenuhnya kepada tukang bangunan, terserah mau dibikin seperti apa, tukang bangunan tinggal menyerahkan proposalnya dan sang baginda langsung acc, dana pun mengucur, gampang banget. Tapi apa yang terjadi, si tukang bangunan membeli bahan2 bangunan yang paling murah, membeli kayu2 yang sangat rapuh, yang dipikirkannya hanya supaya ia bisa dapat keuntungan sebanyak-banyaknya. Singkat cerita selesailah istana sang baginda raja tapi betapa terkejutnya si tukang bangunan, ketika sang baginda berkata bahwa istana tersebut akan diberikannya kepada si tukang bangunan!

Ada lagi cerita lain waktu saya nonton sebuah talk show favorit saya di TV, seorang bapak berjuang buat menanam mangrove (bakau) di pesisir pantai dekat tempat tinggalnya. Semua bilang dia ‘gila’, buat apa capek2 tanam mangrove, kalo mau cegah abrasi pakai beton aja, kata mereka. Tapi si bapak jelasin kalo mangrove itu akarnya kuat dan emang udah ‘takdir’ hidupnya di pesisir buat menahan abrasi dan kalo beton masih bisa roboh setelah bertahun2 diterjang ombak. Sampe akhirnya si bapak dapat penghargaan dari presiden dan sekarang usahanya itu malah didukung pemda setempat.

Seperti itulah hidup kita. Akan dibangun seperti apa hidup kita tergantung pada pilihan kita masing2. (sushe)